Wallacea, Surga Keanekaragaman Hayati
Wallacea adalah hamparan kepulauan dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa; dibuktikan dengan adanya satwa yang unik, mulai dari kadal purba raksasa komodo (Varanus komodoensis) sampai babirusa (Babyrousa sp.), dari burung maleo senkawor (Macrocephalon maleo) sampai bidadari halmahera (Semioptera wallacii). Kawasan yang meliputi Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku ini, ini adalah tempat di mana Alfred Russel Wallace mendapatkan inspirasi dan mencetuskan konsep teori evolusi melalui seleksi alam.
Gambar 1
Burung Bidadari Halmahera, Semioptera wallacii adalah jenis cendrawasih berukuran sedang,
Burung Bidadari Halmahera, Semioptera wallacii adalah jenis cendrawasih berukuran sedang,
sekitar 28cm, berwarna cokelat-zaitun.
Cendrawasih ini merupakan satu-satunya anggota genus Semioptera.
Burung jantan bermahkota warna ungu dan ungu-pucat mengkilat dan warna pelindung dadanya hijau zamrud.
Cirinya yang paling mencolok adalah dua pasang bulu putih yang panjang
yang keluar menekuk dari sayapnya dan bulu itu dapat ditegakkan atau diturunkan sesuai keinginan burung ini.
Burung betinanya yang kurang menarik berwarna cokelat zaitun
dan berukuran lebih kecil serta punya ekor lebih panjang dibandingkan burung jantan.
Wallacea merupakan rumah bagi lebih dari 10.000 jenis tumbuhan, di mana 15% diantaranya merupakan jenis yang unik. Dalam aspek avifauna saja, sebanyak 715 jenis atau 45% dari 1.598 jenis burung di Indonesia hidup tersebar pada pulau-pulau di kawasan ini, dan 203 jenis diantaranya adalah jenis endemik yang tidak bisa ditemukan di tempat lain di dunia.
Indonesia memiliki 23 Daerah Burung Endemik (DBE) atau Endemic Bird Area (EBA) – terbanyak di dunia – dan 10 DBE diantaranya berada di Wallacea (Gambar 2), yang berarti bahwa kawasan ini menyumbang tingkat endemisitas burung tertinggi dan memegang peranan penting bagi upaya konservasi di dunia. Selain itu Wallacea memiliki 111 Daerah Penting bagi Burung (DPB) yang juga dikenal dengan Important Bird Area (IBA), hampir setengah dari total 227 DPB yang telah diidentifikasi di kawasan Sunda dan Wallacea.
Gambar 2
Daerah Burung Endemik di Indonesia
Persebaran Daerah Burung Endemik (DBE) di Indonesia
Burung Indonesia sebagai organisasi konservasi terdepan yang bekerja untuk melestarikan seluruh jenis burung liar dan habitatnya di Indonesia menempatkan Wallacea sebagai lokasi prioritas. Kecuali Sumatera, seluruh kegiatan Burung Indonesia berada di Wallacea (Gambar 3). Burung Indonesia bekerja bersama masyarakat dan pemerintah dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati dan mendorong pembangunan berkelanjutan di kawasan Wallacea. Saat ini program kerja dilaksanakan di Sumba, Flores, Tanimbar, Buru, Halmahera, Sangihe, Talaud, dan Gorontalo.
Lokasi Program Kerja Burung Indonesia
Julang Sulawesi (Aceros cassidix) The Knobbed Hornbill, Aceros cassidix, also known as Sulawesi Wrinkled Hornbill is a large black hornbill with a yellow bill, white tail feathers, pale blue skin around eye, blackish feet and bare dark blue throat. The male has rufous buff face and neck, orange-red eyes and a high reddish casque on top of bill. The female has black face and neck, yellow casque and brownish eyes. An Indonesian endemic, the Knobbed Hornbill is distributed in the tropical evergreen forests of Sulawesi, Buton, Lembeh, Togian and Muna Island. |
Cekakak biru-putih (Todiramphus diops) The Blue-and-white Kingfisher (Todiramphus diops) is a species of bird in the Alcedinidae family. It is endemic to Indonesia. Its natural habitat is subtropical or tropical mangrove forests. kingfishers. |
Kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea) Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil jambul-kuning berparuh hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan. Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Pakan unggas cerdas dan gemar berkawanan ini terdiri dari biji-bijian, kacang, dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di lubang pohon. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, serta daerah dan populasi dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, kakatua-kecil jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I. |
Pulau-pulau kecil tersebar di seluruh kawasan Wallacea |
Menyoroti Burung di Kawasan Wallacea
Kategori | Indonesia | Wallace | % * |
Kritis (Critically Endangered, CR) | 17 | 11 | 65 |
Genting (Endangered, EN) | 32 | 20 | 63 |
Rentan (Vulnerable, VU) | 68 | 25 | 37 |
Mendekati Terancam Punah (Near Threatened, NT) | 213 | 80 | 38 |
Resiko Rendah (Least Concern, LC) | 1252 | 577 | 46 |
Kurang Data (Data Deficient, DD) | 16 | 2 | 13 |
Total | 1598 | 715 | 45 |
* Nilai persentase adalah jumlah jenis Wallacea terhadap Indonesia |
Jumlah jenis burung endemik dalam kategori terancam punah di Indonesia
Burung Endemik di Indonesia
Kategori | Endemik | % * | |
Indonesia | Wallace | ||
Kritis (Critically Endangered, CR) | 11 | 7 | 64 |
Genting (Endangered, EN) | 18 | 13 | 72 |
Rentan (Vulnerable, VU) | 31 | 19 | 61 |
Mendekati Terancam Punah (Near Threatened, NT) | 81 | 53 | 65 |
Resiko Rendah (Least Concern, LC) | 159 | 110 | 69 |
Kurang Data (Data Deficient, DD) | 5 | 1 | 20 |
Total | 305 | 203 | 67 |
* Nilai persentase adalah jumlah jenis Wallacea terhadap Indonesia |
Jumlah jenis burung dalam kategori terancam punah di Indonesia
http://www.wallacea.org/wallacea-surga-keanekaragaman-hayati.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar